My Daily Campus
cerita keseharian w selama di kampus, dari sisi keseharian w, keseharian kampus, n keseharian temen2 w. qta kuliah d peace country university...
Jumat, 27 April 2012
Krisis Eropa , Krisis Minyak dan Prospek Indonesia 2012
Krisis Eropa , Krisis
Minyak dan Prospek Indonesia 2012
(Oleh Muhammad
Syukron Maulana / Muamalat 4)
Sudah
banyak orang membicarakan mengenai krisis utang di Eropa dan dampaknya pada
perekonomian global dan Indonesia. Namun belum banyak orang membicarakan kemungkinan
harga minyak akan naik diatas $100 dolar per barel akibat ketegangan di Timur
Tengah akhir-akhir ini. Dua krisis ini akan memperburuk prospek ekonomi dunia
dan Indonesia di tahun 2012.
Indonesia
menghadapi tantangan perekonomian dunia yang lesu di tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi
dunia diproyeksikan berhenti di tempat bahkan mungkin turun dari 4% di tahun
2011 menjadi dibawah 4% di tahun 2012. Proyeksi turunnya pertumbuhan ekonomi
juga terjadi pada mitra dagang Indonesia yaitu dari 3,2% di tahun 2011 menjadi
2,3% di tahun 2012. Perlambatan ini tentunya akan mempengaruhi volume
perdagangan dunia yang diproyeksikan menurun dari 6,5% menjadi 5,8% di
tahun 2012. Kenaikan harga minyak dunia ini akan memberikan tekanan fiskal di
negara-negara yang memberlakukan kebijakan subsidi harga BBM seperti Indonesia.
Menghadapi
krisis minyak dan menggelembungnya subsidi energi 2012, Pemerintah Indonesia
memastikan tidak akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Pengurangan
subsidi tidak harus dengan kenaikkan (harga) BBM," kata Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dari Cilacap, Rabu sore 27 Desember 2011.
Pernyataan
tersebut sebetulnya membingungkan karena mulai April 2012 sesuai dengan UU APBN
2012 para pengguna mobil pribadi pelat hitam yang berjumlah lebih dari 50%
pengguna premium tidak lagi boleh mengkonsumsi premium. Yang berarti pemilik
mobil pribadi pelat hitam membayar BBM lebih mahal, yakni dari premium Rp 4500
per liter menjadi pertamax (harga saat ini) Rp. 9000 per liter atau dua kali
lipat.
Menko
Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah tahun ini mengatur pembatasan
BBM subsidi agar anggaran belanja pemerintah tidak terbebani besaran subsidi
BBM. Lebih tegas lagi disampaikan bahwa mulai 1 April 2012, larangan bagi
mobil pribadi menggunakan premium akan diberlakukan. Wakil Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo mengatakan, pemerintah sudah
memastikan hal itu terkait dengan kebijakan pengetatan subsidi yang sudah lama
menjadi wacana. Di sela diskusi energi di Jakarta, Kamis (15/12/2011),
Widjajono mengatakan, kebijakan ini akan diterapkan secara bertahap. Pertama,
untuk di Jakarta, kemudian menyusul Jabodetabek, Jawa, dan Bali, baru secara
nasional. Alasannya, selain sudah berkali-kali tertunda, juga ekonomi Indonesia
sedang baik-baiknya. "Ekonomi kita sedang baik, inflasi juga rendah, kuota
subsidi BBM sudah jebol, bahkan saat ini sudah mencapai Rp 170 triliun hanya
untuk menyubsidi BBM," katanya.
Masalah
yang berkaitan dengan BBM sejak dulu hingga kini sama, sangat sensitif terhadap
perkembangan ekonomi nasional. Dinaikkan atau dilakukan pembatasan sama-sama
ada risikonya. Terkait rencana membatasi jumlah pemain BBM bersubsidi pun ada
harganya. Menurut Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution, di Jakarta, kemarin,
rencana pembatasan BBM bersubsidi dapat menyebabkan inflasi tahun 2012
bertambah 0,7-0,8 persen, sehingga inflasi tahunan akan berkisar di 5,2 - 5,3
persen. Proyeksi BI mengenai inflasi harga BBM 2012 tersebut tergolong
konservatif karena menurun perthitungan sederhana, inflasi karena kebijakan BBM
tersebut dapat lebih dari 3%. Mengingat sekitar 53% pengguna premium atau 10-12
juta kiloliter dari total 23 juta kiloliter akan membayar konsumsi BBM 100%
atau dua kali lipat lebh mahal. Kalau konsumsi BBM tersebut adalah sekitar 1%
saja dari konsumsi RT maka bisa dibayangkan dampak inflasinya cukup tinggi.
Mobil pelat hitam juga dipakai di perusahaan dan usaha kecil menengah kecil,
maka dampak putaran kedua cukup lumayan besar.
Besaran
inflasi atau proses meningkatnya harga-harga secara umum akibat pembatasan
penggunaan BBM bersubsidi tersebut lebih tinggi dibanding apabila pemerintah
menaikkan harga BBM Rp. 500-1000 rupiah per liter. Pengalihan dari premium ke Pertamax
dilakukan secara bertahap dengan batas atas yang disesuaikan dengan daya beli
lebih feasibel, namun Pemerintah dan DPR sudah menetapkan kebijakan yang lebih
frontal dan sekaligus ditengah krisis global. Sungguh kebijakan yang counter-productive bagi perekonomian. Sebetulnya
pemerintah tidak perlu takut menaikkan harga BBM Rp 500 rupiah per liter karena
itu pernah dilakukan SBY pada kepemimpinan periode pertama dalam jumlah yang
lebih besar. Pembatasan penggunaan BBM bersubsidi, akan mempersulit pengawasan
di tingkat SPBU jika tidak dipersiapkan mulai sekarang. Masalah subsidi BBM
juga dapat teratasi jika Pemerintah dan PLN konsisten dengan penggunaan bahan
bakan bukan BBM, seperti gas, panas bumi dan batu bara. Sekarang, dengan alasan
keterlambatan proyek listrik 10 ribu MW berbahan bakar batubara dan
penyambungan tanpa batas bagi pelanggan menggunakan bahan bakar BBM, akibatnya
sudah dirasakan, penggunaan BBM bersubsidi meningkat. Masalah buruknya
pengelolaan sektor energi saat ini dapat menjadi penghambat bagi fundemantal
ekonomi makro.
Fundemantal Ekonomi
Membaik
Secara umum
fundamental Ekonomi Makro Indonesia membaik pada tahun 2011 ditengah
perekonomian dunia yang sedang lesu. Pertumbuhan ekonomi meningkat dari 6,1%
menjadi 6,5% di tahun 2011 membuka kesempatan pembukaan lapangan kerja baru.
Inflasi tahunan menurun dibawah 4% selama tahun 2011 namun gejolak harga beras,
minyak goreng, dan bumbu-bumbuan tinggi. Kinerja ekspor sampai dengan kuartal
III 2011 meningkat 37,5% dengan surplus perdagangan sebesar US$32,6 miliar.
Penurunan rasio utang menjadi 26% dari PDB serta peningkatan cadangan devisa
menjadi US$111,3 milar menjadi indikasi peningkatan kegiatan dalam
perekonomian.
Indonesia
sebetulnya bisa memanfaatkan krisis perekonomian dunia menjadi peluang dengan
syarat pengambil kebijakan mulai mengatasi permasalahan struktural yang ada,
antara lain:
Pertama,
subsidi energi (BBM dan Listrik) yang mencapai lebih dari Rp350 triliun selama
tahun 2010-2011 yang merupakan kesempatan hilang untuk melakukan investasi di
bidang infrastuktur vital dan program pengentasan kemiskinan. Kebijakan yang
akan memberlakukan pengalihan penggunaan premium ke pertamax sekaligus pada
bulan April 2012 berpotensi menimbulkan masalah sosial ekonomi. Kedua,
pencairan anggaran belum membaik di tahun 2011, masih pada kisaran tahun 2010
yang mencapai 92%. Di samping itu, masih terjadi penumpukan pengeluaran
anggaran pada akhir tahun seperti yang dikeluhkan oleh Gubernur Bank Indonesia.
Ketiga, produksi pangan yang belum mencukupi dan manajemen distribusi
pangan yang buruk memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap inflasi umum.
Lebih dari itu, ambivalensi kebijakan impor, distribusi raskin, dan
ketidakcukupan dalam memenuhi cadangan beras pemerintah juga memicu ekspektasi
inflasi. Keempat, UU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) yang krusial
untuk pengambilan keputusan di saat krisis tidak segera dibahas. UU APBN 2012
telah mencantumkan protokol-protokol krisis, namun melihat
pengalaman-pengalaman krisis sebelumnya, masih diperlukan protokol krisis yang
lebih komprehensif.
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan mencapai sedikit diatas 6% dibawah
target 6,7% dengan inflasi di kisaran 4-5%. Angka inflasi ini akan meningkat
apabila pemerintah memberlakukan pengalihan kebijakan pertamax yang berarti
kenaikan harga premium untuk kendaraan pribadi sebesar 100%.
Salah
satu faktor Kunci pendorong pertumbuhan ekonomi adalah percepatan pembangunan
infrastruktur oleh pemerintah dan kerjasama dengan swasta. Langkah ini dapat
dipacu dengan disiplin pencairan anggaran dan kebijakan pertanahan yang
konsisten.
Upaya
lain adalah penurunan suku bunga kredit Perbankan. Untuk itu, diperlukan
ketegasan Bank Indonesia untuk memastikan regulasi mengenai LDR (loan to
deposit ratio) dan pengawasan terhadap potensi moral hazard perbankan. Pemerintah, sebagai
pemegang saham bank-bank BUMN, harus memperhitungkan kembali dampak dari
penetapan target keuangan dengan laju fungsi intermediasi.
Perekonomian
dunia yang lesu merupakan peluang Indonesia untuk reorientasi pasar ke Cina,
Asia, dan pasar domestik. BI juga terus berusaha memupuk kecukupan cadangan
devisa. Bersama dengan peluang perdagangan dan perbaikan instrumen keuangan
untuk investasi, khususnya jangka panjang, diharapkan dapat mejaga stabilitas
rupiah pada Rp8.700-9.200 selama tahun 2012.
Sayangnya
momentum pertumbuhan ekonomi yang cukup baik akan terganggu apabila Pemerintah
ceroboh dalam pengelolaan energi seperti pengalihan premium ke pertamax dan
lengahnya kesiapan kita menghadapi krisis global yang keduanya menghadap di
depan mata kita.